Rabu, 14 Oktober 2009

Mie Goreng Paling Enak ??

Kayaknya udah sejak dulu kita dibuat bertanya-tanya dengan misteri terbesar setiap kali kita mau pergi ke mini-market: mie goreng apakah yang paling enak di muka bumi Indonesia?
Well, jangan bingung lagi, karena sekarang aku akan melakukan sendiri riset komparasi yang melibatkan tiga mie goreng paling banyak dibeli di mini-market saat ini. Dan pesertanya adalah Indomie goreng, Mie Sedaap goreng si pendatang baru, dan Gaga mie gepeng goreng rasa ayam lada hitam yang lebih baru lagi!

1. Indomie goreng
Merk yang udah ada sejak jaman orang tua kita masih seumuran kita ini emang punya rasa yang gurih, tapi nggak berlebih, jadi orang nggak terlalu ngerasa bersalah karena makan bumbu terlalu banyak. Nggak pake bumbu pun, sebenarnya mie-nya udah lumayan enak dari sononya. Kekurangannya mungkin agak ngebosenin ya, soalnya dari dulu rasanya sangat konsisten alias gitu2 aja.
Nilai: 8/10
2. Mie Sedaap goreng
Merk yang baru ngetop belakangan ini menjawab kekurangan Indomie goreng akan rasa yang kuat, sehingga bumbu Mie Sedaap jadi lebih kuning dan kerasa banget. Tapi masalahnya, saking kerasanya jadi kita cuma kayak makan bumbu doing, mie-nya malah sedikit. Dan walaupun nggak ada riset pendukung, aku jadi ngerasa lebih cepet bego makan mie ini daripada indomie goreng. Tapi paling nggak Mie Sedaap punya inovasi tambahan dengan tambahan bawang goreng yang beneran bisa bikin bunyi kriuuk-kriuuk.
Nilai: 7/10

3. Gaga mie gepeng goreng rasa ayam lada hitam
Kontestan terakhir adalah mie yang paling baru terjun ke pasar. Kesan pertama, inovasi dari mie ini kerasa banget, soalnya bukan hanya bumbu, tapi dari bentuk mie-nya yang lebih gede dan kenyal, jadi lebih enak dikunyah. Inovasi kedua adalah tambahan rasa ayam lada hitam yang menawarkan lebih banyak variasi daripada rasa indomie dan mie sedaap yang agak-agak mirip. Kekurangannya mungkin adalah komposisi bumbu yang kayaknya nggak cukup sama mie-nya sendiri, soalnya aku coba beberapa kali bikin mie ini, tapi bumbunya selalu kerasa kurang (mungkin efek dari bentuk mie-nya yang gede juga kali ya). Tapi kekurangannya mungkin cuma itu.
Nilai: 9/10
Dan pemenangnya adalah… big surprise, karena Gaga mie yang paling baru malah keluar sebagai jawara untuk keberaniannya mengambil risiko melakukan inovasi yang nggak biasa, walaupun belum terlalu sempurna, tapi pastinya lebih segar daripada merk-merk lama.


What do you think? Apa mie goreng paling enak menurut kalian??

Senin, 12 Oktober 2009

Kurva Berbanding Lurus

Postingan sekedar iseng. Berhubung momen kedatanganku di Bandara Soekarno + Hatta kemaren bersamaan dengan pemilihan ketua umum (mantan) partai besar di Indonesia, Golkar, maka nggak bisa nggak semua koran yang terbit pada hari itu memuat berita mahapenting tersebut. Dan… quick rekap hasilnya adalah: Aburizal Bakrie menang dengan 297 suara, melawan Surya Paloh yang mendapatkan 239 suara.

Kul (maksudnya cool, hihihi…). Dengan banyak beredarnya gosip miring seputar money politic di pemilihan itu, aku jadi nggak tahan buat ngebandingin jumlah suara yang didapat oleh masing-masing calon dengan jumlah rekening mereka di bank. Hasilnya adalah kurva berbanding lurus:


Hm, interesting… :)

Megabestseller

Baru kembali setelah melanglang buana + ne ka i (maksudnya kata kerja dari TKI, gitchu…) di negeri orang selama lima tahun, dan aku langsung menghadapi life + death experience waktu hampir ditabrak bus kota di depan Bandara Soekarno Hatta. Untungnya si abang sopir bus nggak kece, jadi aku bisa tega nyap-nyap ke dia sambil ngelatih kosa kata sumpah serapah ala Jakarte yang udah sekian lama nggak kepake. Takut berkarat, hehehe…

Eniwei, setelah nyegat taksi yang lewat, aku pergi ke tempat tujuan pertamaku setelah sampai di kota baru. Yap! It’s a bookstore!

Nicely done. Toko buku Gramedia yang dulu udah gede ternyata sekarang jadi makin gede. Setelah puas ngubek-ngubek itu toko selama satu jam, akhirnya mataku nggak bisa lepas dari sebuah kover buku yang ada di rak bestseller. Bukan, bukan karena judul buku itu yang kebetulan udah terkenal sampai ke negeri seberang tempat aku tinggal dulu. Tapi karena tulisan di bagian atas kovernya.


Notice anything? Tulisan megabestseller misalnya? What a word.

Seumur-umur, baru sekali ini aku denger istilah megabestseller. Ceritanya emang seru, tapi megabestseller? Berat…

Kalau dibandingin, jadinya mungkin seperti ini:

Bukunya sendiri sebenarnya lumayan, walaupun yang nulis kayaknya have a thing sama poligami dan Mesir, soalnya buku-buku megabestsellernya selalu menggunakan formula yang mirip-mirip.


Mahasiswa miskin tapi pinter + mesir + poligami complex = megabestseller


Nais.

Eniwei, the most important thing sekarang adalah aku udah pulang, dan bersiap untuk memulai hidup baru di rimba Jakarta. Siap-siap untuk makan gado-gado lagi, siap-siap untuk menerjang macet lagi, siap-siap untuk memulai chapter hidup yang baru lagi!